sebuah wacana singkat
Oleh : ahmad al Ghifari
Problem kebenaran memang menjadi sebuah persoalan paling krusial sepanjang sejarah kemanusiaan, bagaimana kemudian konsepsi-konsepsi kebenaran yang muncul membawa implikasi yang sedemikian besar dalam semua dimensi kehidupan manusia. Mau tidak mau, suka tidak suka setiap orang akan berhadapan dengan masalah ini, artinya bagaimana setiap gerak hidup yang dilakukan manusia dan nilai keberartian atau makna dari keberadaanya akan sangat ditentukan pada konsepsinya tentang kebenaran ini. Sehingga demikian pemahaman yang benar akan konsep ini menjadi niscaya, sebab jika tidak, maka eksistensi kemanusiaanya akan tidak memiliki arti penting, karena ia telah gagal memahami apa itu yang benar dan apa itu yang salah, lebih lanjut ia tidak mampu menentukan apa yang (benar) harus dilakukan dan apa yang (salah) tidak harus dilakukan. Gagasan-gagasan tentang kebenaran yang banyak dikemukakan tidak jarang menimbulkan konflik, bahkan justru menyebabkan krisis. Hal tersebut terjadi sebagai akibat adanya gesekan atau benturan-benturan antar klaim-klaim kebenaran yang diyakini. Perbedaan klaim-klaim kebenaran sebenarnya muncul dipengaruhi terutama oleh adanya perbedaan cara pandang (paradigma), world view, dan ideologi. Masing-masing memiliki argumentasi dan perspektifnya sendiri-sendiri dalam melihat dan membaca realitas.
Lantas apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kebenaran atau apakah yang benar itu?. Mari kita mencoba untuk mendiskusikanya. Secara sederhana benar adalah persesuaian proposisi antara pikaran atau gagasan dan kenyataan, sedang kebenaran merupakan sesuatu yang diyakini benar. Sebagai contoh misalnya, statement yang menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari => Preposisi ini sama dengan kenyataannya, maka ini benar dan matahari mengelilingi bumi => preposisi ini tidak sama dengan kenyataan sehingga salah.
Lalu bagaimanakah kita dapat mengetahui apakah sesuatu itu benar atau salah, apakah sesuatu itu mengandung nilai kebenaran atau tidak?. Untuk membedakannya kita bisa menggunakan atau menerapkan patokan-patokan dan hukum-hukum logika yang sudah ada. Hukum, patokan dan rumus logika sering juga disebut dengan Asas Berpikir. Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti, atau bisa juga disebut sebagai pondasinya sesuatu dimana sesuatu itu bermula. Sedang yang disebut dengan asas pemikiran adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benar nya suatu pemikiran tergantung kepada salah benarnya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu.
Asas berpikir itu dapat dibedakan menjadi 3 asas, pertama, Asas Identitas (Principium Identitatis) yaitu sebuah patokan dasar yang paling mendasar. Patokan yang dipatok oleh asas identitas mengatakan bahwa segala sesuatu itu adalah dirinya sendiri BUKAN yang lainnya. Contohnya, Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu adalah A, maka ia adalah A, bukan B, C, D, ataupun yang lainnya. Identititas A adalah A sendiri. Kalau kita mengakui nama saudara kita adalah Siti, maka yang dimaksud dengan nama Siti adalah Siti yang menunjukkan identitas seseorang yang menjadi saudara kita itu, bukan Siti yang lainnya dan bukan pula Siti yang isterinya tetangga
Kedua, Asas Non kontradiksi (Principium contradictoris) yaitu sebuah aturan dasar yang mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sekaligus sebagai pengakuan terhadap sesuatu itu. Misal kita mengatakan benda itu bukan A, maka tidak mungkin sekaligus kita mengakui benda itu adalah A sebab realitasnya A yang kita maksud adalah A yang sama sebagaimana yang dimaksud oleh asas identitas, bahwa segala sesuatu itu adalah dirinya sendiri. Contoh lainnya misalkan, Ahong adalah seorang bisu yang pandai berdebat = (Tidak mungkin orang bisu bisa berbicara, apalagi berdebat) atau Sibuta dari gua hantu itu sangat jeli penglihatannya = (Tidak mungkin orang buta bisa melihat), atau Memey adalah cewek jujur yang suka menipu = (tidak mungkin orang jujur menipu). Contoh lain lagi missal pernyataan, ”sibuta huruf itu pandai sekali membaca” adalah sebuah pernyataan yang tidak dapat diterima sebagai sesuatu yang benar. Atau jika suatu hari nanti ada yang bilang ke Anda ‘Janda itu sedang mencuci baju suaminya’ , tentu anda sudah mengerti maksud kalimat tersebut bukan? Anda sudah bisa melihat “sesuatu” yang salah disitu…?
Dengan kata lain bisa dirumuskan bahwa tidak mungkin dua kenyataan yang kontradiksi menyatu secara bersamaan sekaligus dan simultan. Tidak mungkin menyatu realitas kontradiktif sekaligus pada detik yg sama, tertawa sekaligus menangis, pergi sekaligus tidak pergi dan seterusnya. Asas berpikir pada patokan ini mengatakan bahwa “Tidak ada pernyataan yang sekaligus benar dan salah”.
Ketiga, Asas penolakan kemungkinan ketiga (Principium exlusi tertii) yaitu sebuah aturan mendasar yang mengatakan bahwa antara pengingkaran dan pengakuan maka kebenaran terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu disamping tidak mungkin benar keduanya juga bisa dipastikan tidak mungkin salah keduanya. Asas ini menolak kemungkinan ada kebenaran yang ketiga.
Sebenarnya masih terlalu banyak hal yang tidak cukup kita perbincangkan di sini, sperti mengenai apa itu kriteria kebenaran ?, lalu apakah kebenaran itu relatif atau absolut?, maka karena segala keterbatasan, barangkali kita akan mendiskusikannya dalam lain kesempatan. Ada sebuah ilustrasi singkat yang barangkali ini akan memantik pikiran kita untuk lebih dalam memahami kebenran. Apakah kita akan mengatakan bahwa “ada” dan ketiadaan sama-sama ada?, saya kira akal sehat kita akan mengatakan bahwa “ada” dan tiada adalah suatu hal yang berlawanan. Sesuatu meniadakan yang lain. Jika “ada” itu ada maka sebaliknya ketiadaan selamanya akan tiada. Nah, bagaimnakah pendapat anda jika saya mengatakan bahwa kebenaran merupakan ada itu sendiri?. Sesuatu yang benar pasti ada, jika tiada maka itu bukan merupakan kebenaran. Jika “ada” itu satu dan sesuatu yang di luar “ada” adalah ketiadaan. Maka kebenaran mutlak harus satu dan di luar kebenran adalah ketiadaan. Sungguh malang jika kita adalah ada namun masuk dalam ketiadaan. Allohu ‘alam bi showhab…
No comments:
Post a Comment
Sampaikan Salam Anda